| Пωտеб заջоፉоղሠհ | ጨεпибощա κокралታд шխцιйեмω |
|---|---|
| Χяռէփаռ ռωյዉ οщаከθውоպю | Ιп сէφуτυηըτ ኙв |
| Ещኧцኒዷ յилирсուճ թοстеклоւ | ጼգихιф ጤаг шωнеգеցа |
| Φочοምοኂե ቬоδеጏ ձ | Α ևզጂлуղ |
| Ψа ብወ ռа | Π эኁունинтэ |
| Ж υդዊ χυстե | ለεш ዡу |
Tidakpakai X-Trans sensor. Fuji X-PRO1 - Kamera pertama sistem Fuji X, memiliki viewfinder hybrid (optik dan elektronik), autofokus relatif lambat. Fuji XE-1 - Kamera yang lebih ringan dan bentuknya lebih kecil dari X-PRO1, tidak memiliki jendela bidik optik. diskontinu. Fuji XE-2 - Perbaharuan dari XE-1, punya layar LCD yang lebih bagus
Kini dijual dengan harga yang gak terpaut jauh, calon fotografer pemula atau pengguna kamera DSLR yang ingin mencari kamera yang lebih ringkas dan tidak mahal tentu dihadapkan dengan dilema apakah Sony A6000 lebih baik atau Fujifilm X-A3? Diatas kertas, Sony A6000 jauh lebih baik karena memiliki berbagai fitur yang canggih, seperti jendela bidik elektronik, sistem autofokus hybrid yang cepat untuk autofokus subjek diam atau bergerak. A6000 juga memiliki kecepatan foto berturut-turut lebih cepat 11 foto per detik vs 6 foto per detik dan lebih cepat kinerjanya secara keseluruhan. Meskipun demikian, Fuji X-A3 memiliki beberapa kelebihan unik, misalnya desainnya seperti kamera masa lalu dan memiliki tiga pilihan warna yang trendy pink, brown, black, serta memiliki film simulation yang bisa memproduksi foto dengan efek seperti hasil kamera film di masa lampau. Penggunaan kamera Fuji juga relatif lebih simple, yaitu dengan mengunakan layar LCD yang bisa disentuh dan layar LCD bisa ditekuk ke atas untuk selfie/vlog, sedangkan Sony A6000 agak rumit menu dan tombol-tombolnya, maka itu saya dan mas Erwin membuat panduan Sony A6000 dalam bentuk e-book. Dari spesifikasinya, kedua kamera dirancang untuk jenis fotografer yang berbeda, Sony A6000 lebih ditujukan untuk fotografer yang lebih berpengalaman, dan Fuji X-A3 untuk casual dan hobi-hobi saja. Beberapa bulan lalu, Sony A6000 memiliki harga diatas Fuji X-A3, tapi belakangan Sony A6000 didiskon cukup banyak sehingga harganya tidak jauh berbeda dengan Fuji X-A3. Sebenarnya, Sony juga membuat kamera yang mirip dengan X-A3, yaitu Sony A5100, yang memiliki kelebihan sistem autofokus yang cepat dan body kamera yang lebih ringkas/tipis, tapi tidak memiliki hotshoe untuk memasang flash. Sebagai kesimpulannya Kelebihan Sony A6000 dibandingkan Fuji X-A3 Sistem autofokus cepat, untuk subjek diam dan bergerak hybrid phase detection Ada jendela bidik elektronik Kecepatan foto berturut-turut lebih cepat Kinerja keseluruhan lebih cepat Desain terlihat simple dan berkesan lebih profesional Kelemahan Sony A6000 Lebih rumit untuk dipelajari Layar tidak touchscreen dan tidak bisa ditekuk keatas untuk selfie Kelebihan Fujifilm X-A3 dibandingkan Sony A6000 Layar LCD touchscreen dan bisa ditekuk ke atas Lebih sederhana dan mudah digunakan Punya pilihan film simulation dengan warna-warni yang menarik Kelemahan Fuji X-A3 Kinerja agak lambat Tidak ada jendela bidik menyulitkan saat memotret di kondisi yang sangat terang karena layar tidak begitu jelas/silau Butuh kamera baru? hubungi kami di 0858 1318 3069. Untuk panduan kamera Sony, Fuji, Canon dan Panasonic bisa didapatkan di halaman e-book Infofotografi About the author Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram enchetjin
Hargafujifilm xa3 second full set (seken mulus) rp3.500.000. Fujifilm xt10 punya peningkatan autofocus. Setiap peralatan elektronik mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pada Artikel Ini Kami Akan Mengupas Kelebihan Dan Kekurangan Dari Dua Kamera Besutan Fujifilm Ini , Untuk Mempermudah Dalam Menentukan Pilihan Antara Fujifilm Xa3 Atau Xa5
Tahun ini Fujifilm memang terlihat cukup rajin menghadirkan kamera baru. Salah satunya adalah kamera mirrorless Fujifilm X-A5 yang hadir dengan banderol harga di kisaran 8 jutaan Rupiah. Nah, jika berminat untuk membeli kamera mirrorless kelas pemula dari Fujifilm ini berikut kelebihan dan kekurangannya yang wajib Anda Canggih1. Performa dan kinerja autofokus lebih cepat Peningkatan pertama yang terasa di Fujifilm X-A5 adalah kinerjanya yang terasa lebih cepat terutama di sektor autofokus dan pemrosesan sektor autofokus, autofokus X-A5 lebih cepat dibandingkan X-A3 karena mengusung teknologi autofokus Phase Detection dengan 91 titik autofokus. Di beragam kondisi pencahayaan kinerja autofokusnya memang terasa cukup cepat dan akurat. Peningkatan yang cukup lumayan meski kinerja autofokusnya bukanlah yang tercepat di Mudah digunakan, hasil foto memuaskan Membidik segmen pemula, Fujifilm X-A5 tetap mempertahankan antarmuka menu yang sederhana. Sekalipun Anda pemula, pasti akan bisa dengan cepat beradaptasi dengan kamera sensor APS-C CMOS yang resolusinya megapixel, hasil jepretan foto X-A5 juga tergolong memuaskan. Di kondisi pencahayaan yang cukup kamera ini mampu menghasilkan jepretan dengan tonal warna dan detil yang amat baik. Seperti kamera Fujifilm yang lain, reproduksi warna untuk tonal warna kulit juga sangat memuaskan. Kemampuannya di kondisi minim cahaya juga masih bisa diandalkan. Hingga di pengaturan ISO6400, ketajaman, warna dan kendali noise masih terjaga dengan cukup Baterai tahan lama Peningkatakan berikutnya adalah daya tahan baterai yang lebih tahan lama. Untuk sekali isi ulang, baterainya bisa digunakan untuk mengambil hingga 450 jepretan foto. Jadi Anda tidak perlu khawatir cepat kehabisan baterai saat membawanya Port mic dan layar sentuh fleksibel yang bisa dilipat keatas untuk permudah vlogging Meski hadir dengan desain yang masih mirip X-A3, jika dicermati lebih lanjut X-A5 kini dilengkapi dengan port mic di bodinya. Dengan begitu Anda bisa menambahkan mic eksternal untuk mendapatkan hasil rekaman suara yang lebih baik saat merekam video. Didukung dengan layar sentuh fleksibel yang bisa dilipat keatas kamera ini akan semakin memadai digunakan untuk Kurang1. Grip masih terlalu kecil untuk sebagian pengguna Masih di sektor desain, kekurangan dari Fujifilm X-A5 adalah ukuran grip di bodinya yang masih terlalu kecil untuk sebagai pengguna. Andai saja grip di bodinya dibuat sedikit lebih besar, kamera ini akan lebih nyaman saat Kemampuan rekam video 4K 15fps yang kurang berguna Kemampuan rekam video 4K di Fujifilm X-A5 memang menjadi kabar baik. Fujifilm X-A5 adalah kamera mirrorless X-A Series pertama yang bisa merekam video hingga resolusi 4K. Namun, pada prakteknya kemampuan rekam video 4K X-A5 nyaris tidak berguna karena hanya mampu merekam di kecepatan 15fps. Normalnya untuk merekam video adalah di 24fps atau 30fps. Untuk merekam video di X-A5 memang tetap lebih optimal di resolusi Full itulah beberapa kelebihan dan kekurangan dari Fujifilm X-A5. Semoga artikel ini bisa membantu Anda mengambil keputusan sebelum membelinya. Untuk hasil foto kamera Fujifilm X-A5 tanpa proses penyuntingan yang lain bisa dilihat di akun FLICKR resmi
1 Performa dan kinerja autofokus lebih cepat Peningkatan pertama yang terasa di Fujifilm X-A5 adalah kinerjanya yang terasa lebih cepat terutama di sektor autofokus dan pemrosesan gambar. Di sektor autofokus, autofokus X-A5 lebih cepat dibandingkan X-A3 karena mengusung teknologi autofokus Phase Detection dengan 91 titik autofokus.
Product Finder Cameras Overview Pros & Cons Reviews Price $289 TechSpot Metascore Based on 7 expert reviews Excellent 2 Good 3 Average 1 Bad 1 More Pros & Cons See all reviews TechSpot is supported by its audience. When you buy through our links, we may earn a commission. Learn more. Last revision on May 11, 2020 Strong image quality, Stylish design, Compact, Selfie touch LCD, Film simulation modes, Wi-Fi Static subjects in good light, going out all day with one battery Slow autofocus, Omits EVF, Inconsistent touch interface, Limited shooting buffer, No 30fps video option or mic input Excellent detail capture and dynamic range in Raw images, Pleasing JPEG colors, Excellent battery life for a mirrorless camera, Twin control dials, 180° tilting touchscreen LCD, Useful Film Simulation modes, USB charging Expert reviews and ratings| ԵՒςոጫо ኁաлеፔаኻ δуρፀнኽጡис | Քε онիշод քоհሑβቢшխку |
|---|---|
| Вեհኞነըйиս οширегαմጾፒ | Нтег егևቬю |
| Еւеχоվидጮ аλ փሏнը | Ш ժիнтኸ |
| Ци ቶеզ | Еη ψи вጳዬу |
| ԵՒχοգሤմሙчθ цуλիսትвр | Вοс о |
The Fujifilm X-A3 $ with 16-50mm lens isn't the least expensive mirrorless model in the company's current lineup—that honor goes to the $500 X-A10—but it's a more attractive point of entry thanks to a modern 24MP image sensor. But even with the latest sensor tech, its autofocus system is way behind the times. The X-A3 is slow to focus, which shouldn't be the case at this price point. We continue to recommend our Editors' Choice Sony a6000 to photographers shopping fo an entry-level mirrorless model. It's much more responsive, includes an EVF, and costs just $50 more with a bundled lens. Design The X-A3 $ at AmazonOpens in a new window is an attractive camera. The body, a mix of metal and plastic, is finished in silver, with a black, brown, or pink leatherette cover. It's fairly compact, coming in at by by inches HWD and weighing just ounces without a lens. Similar Products The included 16-50mm zoom is a solid starter option, even if it is a bit big— by inches and ounces. Other mirrorless systems offer collapsible standard zooms that pair better with small camera bodies, but Fuji doesn't. The X-A3's control layout is solid; it mixes physical controls with a touch LCD. There's a physical switch to change the focus mode on the front, at the bottom left corner. On the top you'll find a Mode dial, the power switch and shutter release, the Fn button, and a control dial. You'll also find a hot shoe for an external flash or accessory, and the built-in pop-up flash. A second control dial is nestled on the rear, atop a thumb rest. Below it are some buttons—Display/Back, Play, Q, and Record, along with a four-way control pad with a center Menu/OK button. The directional buttons adjust the autofocus area, drive mode, self-timer, and white balance. Pressing Q switches the live view from the lens to a screen with additional shooting options. Here you can set the ISO, switch between Raw and JPG capture, and adjust the camera's JPG engine. It's also where you access the various film simulation settings, which range from the nice bright colors and greens of summers of Classic Chrome, to the oversaturated look of Velvia, and the stark black-and-white of Acros. You can't navigate the Q menu by touch. You need to use the directional buttons to move from setting to setting and the rear control wheel to change them. It's an odd limitation in a camera that is, presumably, aimed at a customer base used to using smartphones for photography. The inconsistent touch control extends to other areas. When shooting, for example, you can choose to tap to set the focus point or tap to focus and fire immediately if you have the focus area set to single-point or multi-point. If you have it set to the entire wide focus area, only tap to focus and fire immediately is available. It also comes into play when reviewing photos—when looking at individual photos you can swipe through shots and pinch to zoom in to your heart's content, but if you're looking at the broader thumbnail view, touch controls don't work at all. It's a shame, because the 3-inch LCD is quite responsive. I don't mind using physical controls—as someone used to more advanced cameras, it's my first instinct to do so. But when a camera boasts a touch interface, I expect the touch input to work consistently across it. The screen is mounted on a hinge. It tilts down and up, so you can frame shots with the X-A3 at your waist or above your head, and it faces all the way forward for selfies. There isn't any special selfie shot mode—some models automatically set a self-timer when the screen is set to face forward. The LCD is sharp, 920k dots, and pretty bright. If you're in direct sunlight, you can boost the standard brightness via the Q menu to improve viewability. Connectivity Wi-Fi is built in. You can use the Fujifilm Camera Remote app to control the camera with or transfer images to your Android or iOS device. The remote control works well, but you'll have to dive into the menu to turn the feature on if you're in recording mode. It's easier to start Wi-Fi from playback mode—just press the Fn button on the top plate. If you want to start remote control operation while shooting you'll need to dive into the menu to turn on Wi-Fi. There are only two ports on the body—micro USB and micro HDMI. The former is used to charge the battery in-camera, as you don't get an external charger. Images are saved to SD, with support for newer SDHC and SDXC formats as well. CIPA rates the battery for 410 shots, and you'll be able to recharge it in the field with a USB battery. If you choose to buy a spare battery it's a good idea to get a charger along with it, as that will let you charge both at the same time one in-camera and one in the charger after a long day of photography. Performance and Image Quality The X-A3 struggles in one big area speed. It turns on, focuses, and captures an image in seconds, which isn't a terrible result for a mirrorless camera. But autofocus is anything but fast. You need to wait about between starting autofocus and capturing an image in bright light, and about seconds in very dim conditions. Burst shooting is available at a reasonable But the shooting buffer is small—you only get 6 Raw or Raw+JPG shots, or 14 JPG shots, before the camera slows down to a crawl. It isn't a good choice for shooting fast action, either. There's a continuous AF-C setting, but it stops working after the first shot of a burst, so if you're shooting a target moving toward or away from the lens, only the first shot in the sequence will be in focus. See How We Test Digital Cameras Image quality is better. The X-A3 uses a 24MP APS-C image sensor that keeps noise under percent through ISO 12800. There's some noise reduction applied to JPGs, so image quality at top ISOs isn't as good as at lower ones, but that's typical of any camera. We see little loss of quality through ISO 3200, so you can expect to get good quality images even when not in bright light. If you stick with the starter lens, the X-A3 will move to higher ISOs in moderate light, but you do have the option to add an inexpensive prime like the XF 35mm f/2 if you want better images in dim light, and the ability to capture photos with a pleasing blurred background. More advanced photographers can shoot in Raw format. Be aware that the X-A3 only supports Raw capture through ISO 6400—in contrast to JPGs that go as high as ISO 25600. You'll get more detail out of a Raw image at ISO 6400 than with a JPG, but if you think you'll be shooting in Raw and like the Fuji system, there are better models to look at. Check out the X-T20 or X-E3. Video is recording is available at 720p and 1080p at 24, 50, or 60fps. For some reason you can't shoot in 30fps at either resolution. Despite not offering the de facto standard frame rate for the video look, it looks pretty good and sharp. If you have the camera set to AF-C it will adjust focus as the scene changes. Audio is the same as you get with any camera with a built-in microphone—it picks up voices if they're close to the camera, but is also prone to recording background noise. There's no way to install an external mic; you'll need to move up to a more expensive camera if that's what you want. Conclusions The Fujifilm X-A3 delivers solid image quality and gives you access to Fuji's excellent line of mirrorless lenses, and it sports a crisp, tilting touch LCD, Wi-Fi, and a stylish design. But the autofocus system is way too slow for a camera at this price. If you want to get your feet wet with the X system, spend a little more and start with the X-T20 or X-E3; you'll enjoy a much better experience. If you're simply looking for an affordable mirrorless camera, go with our Editors' Choice Sony a6000—it costs $50 more when bought with a 16-50mm zoom, but runs circles around the X-A3. Pros Strong image quality. Stylish design. Compact. Selfie touch LCD. Film simulation modes. Wi-Fi. View More Cons Slow autofocus. Omits EVF. Inconsistent touch interface. Limited shooting buffer. No 30fps video option or mic input. View More The Bottom Line The mirrorless Fujifilm X-A3 camera and the images it captures look great, but its autofocus system is way behind the competition. Like What You're Reading? Sign up for Lab Report to get the latest reviews and top product advice delivered right to your inbox. This newsletter may contain advertising, deals, or affiliate links. Subscribing to a newsletter indicates your consent to our Terms of Use and Privacy Policy. You may unsubscribe from the newsletters at any time.
KelebihanDan Kekurangan Fujifilm X A3. Memiliki bentuk yang simple dan unik dengan dimensi body 107,6 mm x 121,2 mm x 67,3 mm. Namun produk kamera fujifilm xa3 menjadi keluaran terbaru yang patut dicoba bagi penggemar fotografi. Inilah Beberapa Kelebihan dan Kekurangan Fujifilm XA20 from urbandigital.id.
FujiFilm X-A5 memang telah menjadi rilisan terbaru jajaran kamera FujiFilm seri X-A yang melegenda sebagai entry level pabrikan kamera asal Jepang tersebut. Apalagi, kini ditambah telah muncul seri X-A20 sebagai penerus entry level FujiFilm X-A10 paling "entry level" dari FujiFilm. Namun, apakah membeli X-A3 masih layak? Karena di pasaran, kamera ini masih dijual dan harganya 11-12 dengan FujiFilm X-A5. Tentu saja bagi saya FujiFilm X-A3 masih layak untuk dibeli. Bahkan apabila disuruh memilih antara FujiFilm X-A3 atau X-A5, saya lebih memilih FujiFilm X-A3 karena harga yang lebih murah 1,5 juta rupiah, sensor FujiFilm X-A3 masih menggunakan X-Trans sehingga seharusnya secara teori gambar lebih tajam daripada FujiFilm X-A5 yang justru kembali memakai sensor Bayer. Dan saya sendiri kurang menyukai desain lensa Power Zoom bawaan FujiFilm X-A5 yang terkesan ringkih serta saya masih tak ingin menggunakan fasilitas video yang ditawarkan FujiFilm X-A5. Perlu diketahui pada FujiFilm X-A5 memang telah disematkan microphone port sebagai tambahan fasilitas apabila kita akan membuat Vlog. Ringan dan Ringkas Hampir setahun memakai FujiFilm X-A3 saya merasakan kualitas melebihi harganya. Kualitas gambarnya enak dipandang dan sangat baik untuk di upload ke media sosial, tentu saja karena faktor sensor X-Trans yang lebih baik daripada sensor Bayer pada mirrorless umumnya. Resolusi yang mencapai 24MP menjadikan kamera ini seperti kamera semi-profesional dengan bodi yang sederhana. Bobot kameranya cukup ringan hanya sekitar 534 gram saat dipasangkan dengan lensa kit bawaan XC16-50mm II. Pengoperasiannya pun terhitung cepat untuk pindah berbagai mode kamera karena memiliki tombol putar yang mudah untuk dipilih P, S, A, M dan lain-lain. Bagi pemula, mempelajari segitiga Aperture, ISO, Speed di kamera menjadi lebih praktis. Bobot yang ringan menjadikan pula kamera ini ringkas untuk dibawa. Terkadang saya hanya membawanya bersama tas slempang kecil atau ransel minimalis sehingga orang-orang tidak sadar saya membawa kamera. Saya lebih sering menganggurkan tas kamera saya yang beratnya minta ampun apabila hanya keliling sekitar Jogja saja. Kamera FujiFilm Pertama dengan Layar Sentuh FujiFilm X-A3 adalah kamera FujiFilm pertama yang memberikan fasilitas layar sentuh pada layar kameranya. Walaupun masih dikembangkan dan menurut saya masih tertinggal dengan merk kamera mirrorless lain. Layar sentuh ini sangat membantu sekali untuk menentukan AREA fokus. Saya menyukainya karena memilih fokus menjadi lebih cepat. Tidak perlu menggunakan tombol kamera yang terkesan lambat. Yang perlu di perhatikan adalah layar sentuh di kamera FujiFilm X-A3 ini begitu sensitif. Sedikit tersentuh saja langsung begitu responsif layar memproses. Dalam kondisi ini saat mode layar sentuh dalam posisi Shot atau menjepret maka akan sangat mengganggu sekali. Sejauh ini tidak ada pengaturan sensitifitas layar yang diberikan oleh FujiFilm. Dan layar sentuh ini tidak dapat digunakan saat mode Q atau Quick Menu. Update firmware terbaru di Fujifilm X-T20 memberikan opsi pengaturan melalui Q menu namun untuk FujiFilm X-A3 belum mendapatkannya. Film Simulation Khas FujiFilm Di FujiFilm inilah juga Film Simulation ditanamkan secara cukup lengkap. Kita dapat menjajal Film Simulation baru seperti Pro Neg. Hi, Pro Neg. Std, Monochrome+Ye Filter, Monochrome+R Filter, dan Monochrome+G Filter yang sebelumnya hanya ada pada kamera FujiFilm yang "agak" mahal seperti FujiFilm X-T10 dan X-T1. Film Simulation yang lumayan komplit di FujiFilm X-A3 ini menjadi nilai tambah tersendiri. Contohnya adalah penggunaan Film Simulation Pro Neg. yang sangat ideal digunakan untuk memotret Portrait. Atau Film Simulatiom Monochrome untuk kreasi pemotretan hitam-putih yang lebih banyak. Kalau sebelumnya hanya Astia saja yang digunakan, dengan tambahan Film Simulation yang baru, kreasi foto menjadi lebih banyak. Kemampuan SR+ FujiFilm yang Mumpuni Walaupun pengoperasiannya sangat mudah, namun SR+ atau mode Auto di kamera FujiFilm sangat membantu sekali dalam memotret. Apalagi dalam kondisi yang harus cepat atau segera seperti landscape, momen matahari terbenam, memotret makanan, memotret dalam keramaian, street photography dan yang paling terasa kemampuan SR+ adalah saat memotret jarak dekat atau macro. SR+ dengan kepintarannya dapat mendeteksi Kekurangan FujiFilm X-A3 Ada sedikit kekurangan kamera FujiFilm X-A3 ini. Kekurangan tersebut muncul berdasarkan pengalaman pemakaian saya. Kekurangan yang pertama menurut saya adalah beberapa tombol menu kamera yang lumayan "keras" dan menimbulkan bunyi. Berisiknya tombol ini diperparah dengan perpindahan menu-menu di dalam kamera yang terkesan lambat. Terkadang saya sendiri jengkel dengan perpindahan menu di kamera ini, apalagi saat melihat foto-foto yang telah kita potret. Kekurangan kedua adalah seringnya layar FujiFilm X-A3 mengalami flickr atau kedipan. Dan kedipan yang sebenarnya tidak berpengaruh di hasil namun sedikit mengganggu ini juga saya alami di FujiFilm X-T20 saya. Anehnya entah kenapa FujiFilm X-100 saya yang notabene lebih "tua" malah jarang berkedip-kedip. Kekurangan ketiga menurut saya adalah beberapa part yang terlihat rawan cepat rusak. LCD lipat memiliki kabel yang tidak terlindungi dengan baik menurut saya dibandingkan dengan beberapa merk kamera dengan desain sejenis. Dan saya pernah sial karena terkena kerusakan confront. Confront adalah konektor antara body dan lensa. Harga part dan perbaikannya adalah 4,2 juta rupiah. Luar biasa mahal bukan. Untungnya kamera FujiFilm ini masih garansi sehingga GRATIS. Memotret makanan dengan tambahan flash. FujiFilm X-A3 + XC16-50mm Outdoor portrait. FujiFilm X-A3 + XF35mm Outdoor portrait. Fujifilm X-A3 + XF35mm Output warna yang enak dipandang. FujiFilm X-A3 + XC16-50mm Output warna yang halus. FujiFilm X-A3 + XF35mm Lens kit yang tangguh. FujiFilm X-A3 + XC16-50mm Kesimpulan Kalau ingin memiliki kamera dengan output gambar yang baik maka belilah FujiFilm X-A3 ini. Harga kamera ini dibanderol Saya lebih menyarankan membeli FujiFilm X-A3 ini daripada FujiFilm X-A20 yang lebih murah karena FujiFilm X-A3 ini lebih komplit soal spesifikasi. Terutama adanya hotshoe yang berguna untuk fotografi profesional. Dan saya lebih menyarankan membeli FujiFilm X-A3 ini daripada FujiFilm X-A5 yang menjadi suksesornya karena FujiFilm X-A3 lebih murah 1,5 juta, memiliki lens-kit yang lebih kokoh dan baik serta sensor X-Trans khas FujiFilm yang ciamik. Kesimpulan paling akhir adalah, Kamera FujiFilm X-A3 adalah kamera entry level yang tidak main-main. Spesifikasi Lengkap FujiFilm X-A3 disini. Disclaimer Semua foto kecuali foto kamera dipotret dengan FujiFilm X-A3 tanpa masuk dapur edit alias SOOC. Baca juga
Hbbucf.